Jalan Dusun Lae Sre, Desa Tanjung Mulia kupak-kapik. Foto/Istimewa |
Usul itu hampir setiap tahun pupus. Awal tahun mereka senang, kemudian akhir tahun mereka sedih jalan mereka tak kunjung diperbaiki.
Harapan warga jalan diaspal sebenarnya bukan kepentingan seseorang. Di sana ada sekolah SD Lae Sre, tempat ibadah, perunahan warga dan kebun. Semua berharap jalan ini segera diperbaiki.
Seorang warga Lae Sre pernah bercerita soal jalan mereka. Menurutnya warga sudah bosan di 'PHP'.
"Kalau warga di sini sudah bosan menunggunya. Warga di sini sudah tak tau lagi mau ke mana mengadu. Sudah kami sampaikan melalui pemerintah setempat namun semuanya masih PHP," kata B Manik.
Ia berkata, jalan Lae Sre sangat diperlukan masayarakat. Ia menuturkan, akibat jalan ini tak pernah diaspal kegiatan masyarakat semua terganggu dan pembangunan jadi lambat.
"Coba lihat ke atas sana (sambil menunjuk) batu-batu berserakan. Paling parah lagi di atas sana, seperti jalan setapak, nyaris tidak ada lagi batu. Makanya, kalau turun hujan, 5 menit saja jalan ini seperti 'kubangan kerbau'. Jadi kalau ada warga gang punya kendaraan roda empat terpaksa menitipkan kendaraan di bawah ini. Begitu juga sebaliknya kalau hujan turun warga dari atas sana, lebih memilih jalan kaki, kasihan"
"Jika diceritakan sebenarnya sangat sedih. Belum lagi soal kecelakaan. Di sini jatuh dari sepeda motor sudah biasa. Orang tidak heran lagi. Sebenarnya pengasilan dari dusun ini sangat banyak. Salah satu komuditas pertanian yang unggul adalah gambir. Maka tidak heran jika dusun Lae Sre dijuluki penghasil gambir kwalitas baik. Namun kami heran kenapa jalan kami tak kunjung diperbaiki," ucapnya dengan nada kesal.
Mesti Demo
Warga yang lain tak ingin disebutkan namanya, juga bercerita bagaimana perjuangan warga untuk perbaikan jalan di dusun Lae Sre. Menurutnya sebelumnya warga pernah demo ke kantor bupati. Warga menuntut agar jalan segera diperbaiki.
"Boleh dilihat (menujuk ke jebatan Lae Sre) adapun ini di aspal, warga sudah terlebih dahulu demonstrasi ke bupati. Menyahuti demo apakah tujuannya meredam kemarahan warga atau apa makanya jalan ini ada sedikit diaspal. Itu pun sedikit, tidak ada 100 meter," katanya.
Ia mengaku miris dengan perhatian pejabat ke Lae Sre. Ia juga membandingkan bagaimana pembangunan beberapa ruas jalan di desa lain. Menurutnya banyak tidak adilnya. "Coba bapak lihat ke desa lain, jalan ke hutan yang tak ada penduduknya pun diaspal," katanya.
Diusulkan
Sebelumnya, Pj Bupati Pakpak Bharat berharap agar perbaikan jalan itu diusulkan oleh kepala desa (kades), camat dalam Musrembang kabupaten.
"Harus diusulkan segera dalam musrembang, kemudian dalam musrembang agar Bappeda mempertimbangkan," ucapnya.
Pernah Ditender, Lalu Dibatalkan
Soal jalan jalan Lae Sre, tahun 2019 lalu dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Pakpak Bharat membuat tender. Pihak panitia lelang menganggarkan Rp300 juta. Namun tanpa diketahui alasan pasti proyek tersebut tiba-tiba dibatalkan.
Satu kontraktor yang ikut lelang, R Berutu sebelumnya telah bersedia mengikuti tender. Namun secara mengejutkan dinas, menyampaikan pekerjaan tersebut terpaksa dibatalkan dengan alasan karena berkas kurang lengkap.
"Katanya berkas kami tak lengkap. Tapi saya heran kok bisa begitu. Padahal semua berkas lengkap. Jadi pertanyaan kenapa di tempar lain perusahaan saya bisa menang," ucap kontraktor asal Sitellu Tali Urang Jehe itu.